KU TEMUKAN LINGKUNGAN PENGHAFAL QUR’AN DI MALAM IKTIKAF

SAKATIGA- Sebagian dari kita mungkin pernah dalam program menghafal Qur’an baik dalam program Qur’an di sekolah, di universitas dan lain-lain.

Rasanya akan sama yang kita rasakan, bagaimana di momen itu tiada pikiran lain selain Al-Qur’an, tiada aktivitas lain selain bersama Al-Qur’an. 

Secara esensi kita akan tetap melakukan hajat kita sebagai manusia yaitu makan, tidur, MCK dst. Tapi setelah itu, kita akan kembali lagi memegang Al-Qur’an, mengisi memori kepala dengan ayat-ayat Al-Qur’an melalui telinga kita yang disapa lembut oleh lantunan ayat yang dibaca lidah keluh kita.

Alangkah indahnya.. 

Sungguh.. itulah yang dirasakan ketika iktikaf kemarin.

Bercerita sedikit bagaimana dulu ketika mondok Tahfiz. Maka sesungguhnya program yang di hidupkan di pondok, sistem yang dibangun di pondok, lingkungan yang ditumbuhkan di pondok pada akhirnya adalah sama seperti iktikaf kemarin yaitu menumbuhkan dan menghidupkan Al-Qur’an pada jiwa kita.

kita bisa melihat iktikaf kemarin, ramai orang berkumpul, tidak ada yang mengobrol satu sama lain karena semua sibuk dan asik dengan Qur’annya masing-masing. Bahkan karena sudah tahu mengaji ini akan lama maka sebagian ada yang bawa jajan-jajanan, bolu, kue, minumnya teh, susu atau kopi *kopi sangat di anjurkan. 🙂

Ramainya orang mengaji menghasilkan gema suara yang mengisi seluruh ruang Masjid. Gemanya membuat merinding siapapun yang mendengarnya, gemanya seperti bising suara lebah yang hendak hinggap di dahan pohon. Masya Allah..

Lantas apa kaitannya dengan penghafal Qur’an?

Kaitannya adalah yang kita lakukan kemarin sungguh itulah lingkungan penghafal Qur’an, semua orang sibuk dengan Qur’an masing-masing, semua sibuk menambah hafalan, sibuk muroja’ah hafalan, sibuk mentadabburi Al-Qur’an, semua larut dalam lembutnya belaian Qur’an.

Iktikaf 2 hari kemarin ada yang khotam 30juz. Luar biasa..

Betapa besar pahala yang di dapat.

Pernahkah terbayang oleh kita? Betapa luar biasanya kalau khotam 30juz itu dibaca secara bil-Ghoib alias dengan hafalan? Bukankah membaca saja sudah berat ditambah tanpa melihat?

Alhamdulillah ini ditemui di pondok kita sendiri, santri kita sendiri yaitu Ananda

•Fahmi Aidil Revizal• santri yang mengkhotamkan Al-Qur’an secara bil-Ghoib dalam dua hari saja. 

Sungguh berlimpah pahala dari setiap huruf yang ia baca.

ini mesti jadi kesyukuran bagi kita karena disadari atau tidak, ada peran kita dalam setiap proses yang Fahmi lalui. 

Esok, kemana saja ia pergi, dimana saja ia berada, ada atau tidak ada Al-Qur’an disisinya, ia akan tetap membaca Al-Qur’an dan dalam setiap bacaannya tersisih pahala untuk kita.

Mudah-mudahan ini menjadi motivasi bagi kita, menjadi penyemangat bagi kita dan akan terus berlanjut hingga menjadi budaya yang terus menerus dari generasi ke generasi. Amiin..

sebagai penutup izinkan kami mengutip Hadits. 

Dari Abdullah bin ‘Amr Radhiyallahu anhu, bahwa Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

 

يُقَالُ لِصَاحِبِ الْقُرْآنِ اقْرَأْ وَارْتَقِ وَرَتِّلْ كَمَا كُنْتَ تُرَتِّلُ فِى الدُّنْيَا فَإِنَّ مَنْزِلَكَ عِنْدَ آخِرِ آيَةٍ تَقْرَؤُهَا

 

_”Dikatakan kepada orang yang membaca (menghafalkan) al-Qur’an nanti, ‘Bacalah dan naiklah serta tartillah sebagaimana engkau di dunia mentartilnya! Karena kedudukanmu adalah pada akhir ayat yang engkau baca (hafal).”_

 

Hadits ini diriwayatkan oleh imam Abu Daud dalam Sunannya no. 1464 dan imam Tirmidzi dalam sunan at-Tirmidzi, no. 2914, dan Ibnu Hibbân no. 1790 dari jalan ‘Âshim bin Abi  Najûd dari Zurrin dari Abdullah bin ‘Amru secara marfu’.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.