OLEH : KH. Tol’at Wafa Ahmad, Lc
Kita patut bersyukur, kita sudah jalani liburan. Liburan yang kita harapkan adalah liburan yang aman, artinya tidak terjadi gangguan yang berakibat pada hilangnya sesuatu dari diri kita, baik itu materi atau yang lebih berbahaya lagi, yaitu hilangnya pemikiran karena pengaruh brain washing (cuci otak) yang dilakukan oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab. Begitu juga juga secara rohani, jangan sampai liburan ini berakibat pada terjadinya degradasi pada rohani kita. Kita berharap kita kembali ke pesantren ini dalam kondisi seperti sebelum liburan. Bahkan lebih baik, yaitu kembali ke pesantren dengan membawa keberkahan. Kita kini sudah kembali. Kembali ke Sistem, kembali ke Proses dan kembali ke Tujuan.
Kembali ke Sistem
Adalah kembali ke manhaj (materi). Manhaj kita adalah dakwah, yaitu kita berdakwah melalui pengabdian pada pendidikan.
Definisi dakwah adalah :
1. تعليم اﻹسلام للناس
“Mengajarkan Islam pada manusia”
Dan kita telah dan sedang melakukan ini. Bahkan yang kita lakukan adalah lebih konkrit, karena kita ada program, ada target dan ada evaluasi. Dakwah adalah melatih, bukan sekedar menyampaikan teori teori yang sekedar dihafal, tapi kita cicil melakukan komitmen komitmen dengan latihan latihan yang kita jabarkan dalam proses pendidikan yang ada di pesantren.
2. تطبيق اﻹسلام في واقع الحياة.
” Mengimplementasikan nilai nilai Islam dalam kehidupan nyata “
Di pesantren kita juga lakukan ini, lebih jelas dan konkrit. Teori teori yang kita ajarkan di pesantren menjelma dalam praktek yang tercermin dalam kehidupan nyata.
Dalam praktek mengimplementasikan teori teori Islam itu, kita dapat rasakan bahwa kita menikmatinya, dan orang orang di sekitar kita pun ikut menikmatinya. Sesuai dengan sifat agama Islam itu sendiri, yaitu kasih sayang bagi kemanusiaan. Jika ada yang menunjukkan sikap mengancam kemanusiaan, maka itu bukan islam yang benar. Islam yang sesungguhnya dan benar adalah yang memberikan dampak baik pada kemanusiaan, yang memberikan solusi bagi orang lain dan memberikan kenikmatan bagi kemanusiaan. Kita bangsa Indonesia ini adalah ibarat penumpang sebuah kapal, seperti yang pernah diilustrasikan oleh Rasulullah SAW.
Kapal kita adalah NKRI ini, penumpangnya adalah bangsa Indonesia yang tercermin dalam Bhineka Tunggal Ika. Dalam hal ini, penumpang kapal punya hajat masing masing. Jika ada yang salah dalam melaksankan hajatnya, seperti ingin mengambil air, karena malas mengambil air dari atas, dia mengambil air dari dasar kapal dengan cara melobangi kapal tersebut. Hal ini, jika tidak ada yang mengingatkan, karena masa bodoh, atau takut menegur, sementara yang lain juga ingin melaksanakan hajatnya masing masing, maka semakin banyak yang membuat lobang di dasar kapal, maka semakin cepat pula kapal kita ini akan karam.
Kita dapat rasakan sebenarnya kemunkaran yang terjadi di ‘kapal’ kita ini sudah sangat banyak. Maka harus ada keseimbangan antara orang orang yang melakukan kerusakan dan orang orang yang mengingatkan, menegur dan memperbaiki. Tugas mengingatkan adalah tugas bersama. Tugas aparat pemerintahan dan juga tugas ulama. Hal ini adalah agar terjadi keseimbangan. Maka harus ada keseimbangan, harus ada penyeimbang. Karena jika tidak ada keseimbangan antara yang merusak dan memperbaiki, maka kedatangan kiamat pun akan lebih cepat. Disini rumus “lebih cepat lebih baik” tidak berlaku. Apakah ada diantara kita yang menginiginkan kiamat lebih cepat terjadi?
Kembali ke tugas kita. Tugas kita dengan sistem kita adalah dakwah. Jika ada yang menganggap bahwa guru-guru yang ada di dalam pesantren ini tidak berdakwah, itu salah. Dakwah yang dilakukan oleh guru guru di Raudhatul Ulum adalah mengajar, mendidik dan melatih. Itulah proses, tanpa proses tidak akan ada capaian terhadap tujuan. Apa guna sistem jika tidak ada proses.
Yang harus kita lakukan adalah bagai mana membuat proses yang lebih baik dan juga lebih cepat. Seperti yang banyak dilakukan oleh orang orang di luar saat ini. Seperti proses belajar bahasa Inggris yang cepat di Pare Kediri. Atau proses belajar membaca alquran dengan cepat, bahkan dalam hitungan jam. Guru bidang studi mestinya berfikir untuk bisa melakukan proses-proses yang baik dan cepat untuk mencapai tujuan. Maka guru bidang studi harus melakukan pendalaman, penelitian dan eksperimen serta pengayaan hingga guru itu menjadi guru yang ahli di bidangnya dan teruji.
Inilah proses, kita berharap guru tahu bagaimana melakukan proses yang benar. Dari masa dan pengalaman mengajar yang lama dan bertahun tahun, mestinya guru bidang studi telah menjadi seorang Ustadz dalam arti yang sebenarnya, yaitu menjadi Profesor dalam bidangnya. Oleh sebab itu, kita harus memperhatikan Tarbiyah Zdaatiyah, yaitu siap belajar mandiri, belajar sendiri untuk meningkatkan kualitas pribadinya. Kembali Ke Tujuan masing-masing guru bidang studi dan pengurus yang ditempatkan di sana sini, kita harapkan mengerti tujuan dari bidang studinya dan kerja yang diamanahkan padanya.
Tujuan kita semua sama. Kita bekerjasama (ta’awun) dalam mencapai tujuan kita yang ada dalam Muwashofaat ‘Asyaroh (10 Jati Diri Muslim). Oleh sebab itu, mari kita kembali ke Sistem, Proses dan Tujuan yang sama. SDM, guru dan anak-anak kita harus mempunyai warna yang sama. Mari kita kembali ke Sistem, Proses dan Tujuan kita. Kita persiapkan bersama sama sebaik mungkin. Hasil evaluasi belajar semester 1 juga jadi acuan bagi proses yang dilakukan selama ini.
Guru pun harus melakukan evaluasi terhadap pencapaian murid-muridnya. Jika ada kekurangan bisa jadi karena kesalahan dalam proses yang dilakukan selama ini. Madarasah harus memberikan perhatian dan bantuan kepada guru-guru agar dapat melakukan perbaikan proses agar bisa lebih baik. Mari kita awali kerja kita dengan cinta, karena dengan cinta itu akan lahir semangat. Coba bedakan dan rasakan sendiri, antara kerja yang tidak didasari dengan cinta dan kerja yang didasari dengan cinta. Karena kerja yang didasari dengan cinta pastikan lebih produktif.
Ditulis oleh : Kgs. Abdul Gamal dalam arahan bapak Mudir PPRU, 9 Januari 2017
Sekhum