OLEH : TGK. BASHIRUDDIN RAHMAT
Pada masa penjajahan dulu, para Kiai dan Santri berhasil mensukseskan peran besar mereka sebagai tokoh utama dan terdepan dalam upaya memerdekakan negeri ini dari penjajahan bangsa asing. Ada sejumlah faktor besar di balik kesuksesan perjuangan mereka. Salah satunya adalah karena mereka memiliki ladang hidup dan lembaga-lembaga yang sangat terhormat, mulia, dan punya jati diri. Bukan harga diri yang murah, yang nilainya bisa dibeli dengan imbalan kepentingan.
Jiwa besar para Kiai dan Santri itu sangat nyata terlihat jika diperhatikan dengan seksama dari hulu dan hilir sejarah perjuangan padepokan-padepokan Islam yang ada. Di hulu, mereka mandiri. Dengan modal pengetahuan yang luas, para Kiai menjadi kiblat bagi para penggiat ilmu yang datang dari berbagai penjuru. Mereka pun membuka diri dan menyediakan peluang besar bagi para calon Santri untuk mendirikan pondokan-pondokan sendiri di atas lahan yang disediakan oleh Kiai di sekitar kediamannya. Para Santri berjuang mempertahankan hidup dan menggapai cita-cita dengan cara ngongkos di lahan pertanian para Kiai. Semua aktivitas timbal balik itu berjalan dan berlangsung dengan penuh cinta dan ikhlas.
“ Pisang emas dibawa berlayar
Masak sebiji di dalam peti Hutang emas boleh dibayar Hutang budi dibawa mati…” |
Sedangkan di hilir kita lihat, kemandirian mereka yang sedemikian rupa tidak membuat mereka bergantung dan berhutang budi pada siapa pun menanamkan sebuah karakter ksatria yang mengakar kuat di dalam jiwa-jiwa mereka. Walhasil, tidak ada rasa atau hutang jasa apa pun yang mampu menghalangi mereka dari meneriakkan yang benar itu benar dan yang salah itu salah. Mereka tidak pernah berhutang budi pada yang kuat, sehingga sampai mati pun mereka tak pernah lelah untuk mengorbankan apa saja demi membela yang lemah.
Prinsip dan jati diri Pondok Pesantren yang seperti itu jua lah yang saat ini kembali diuji di depan mata kita.
عند الامتحان يكرم المرء أو يهان
“ Dengan adanya ujian, seseorang akan menjadi mulia atau terhina…”
Kita tentu sangat mengapresiasi semangat juang guru-guru kita, Yth. KH. Gus Solah dan tokoh-tokoh pendidikan Islam lainnya yang masih memegang teguh jati diri Pesantren sebagai lembaga mulia yang akan selalu menjadi benteng pertama dan terakhir bangsa ini. Semoga keteladanan yang baik ini bisa menular kepada segenap anak bangsa yang saat ini sedang menjadi penentu arah juang negeri kita.